Alat
praktek di fakultas Teknik Sipil UNNES sangat terbatas, contohnya “PPD (Pesawat
Penyipat Datar)”, di Lab. Ukur Tanah PPD hanya tersedia 6 buah, setiap kelas
yang akan melakukan praktek ukur tanah harus dibagi menjadi 6 kelompok, hal itu
dikarenakan jumlah alat yang terbatas. Contohnys jumlsh mahasiswa di Teknik
Sipil S1 rombel 1 adalah 39 orang, dengan jumlah itu seharusnya bisa dibagi
menjadi 7-8 kelompok, agar tidak terlalu banyak jumlah anggota disetiap
kelompok, namun karena faktor terbatasnya alat praktikum itulah yang harus
membagi menjadi 6 kelompok. Tidak hanya Teknik Sipil S1 saja yang praktek
namun,, ada prodi-prodi lain juga yang melaksanakan praktikum yang sama, yaitu
prodi PTB dan Teknik Sipil D3. Kita juga tidak tahu jadwal praktek
masing-masing kelas, bagaimana jika ada jadwal praktek yang bersamaan ? pasti
menimbulkan masalah, semua pasti mau jadi yang pertama kali praktek.
Solusinya,
mungkin petugas Lab bias menyampaikan atau meminta kepada pusat untuk menambah
alat-alat praktek, terutama PPD dan rambu ukur. Semisal ada alat praktek yang
sudah tidak layak pakai, itu bias diperbaiki atau diganti dengan alat yang
baru. Sebagai mahsiswa kitta harus menggunakan alat-alat praktek dengan
hati-hati. Setelah menggunakannyapun harus dikembalikan seperti semula dan
tepat waktu, karena jika tidak hati-hati, alat tersebut bias rusak dan kita
yang menggunakannya harus mengganti alat tersebut. Itu sudah menjadi sanksi
jika ada mahasiswa yang merusakkan alat-alat praktek.