Jumat, 31 Mei 2013

Alat Praktek Terbatas


Alat praktek di fakultas Teknik Sipil UNNES sangat terbatas, contohnya “PPD (Pesawat Penyipat Datar)”, di Lab. Ukur Tanah PPD hanya tersedia 6 buah, setiap kelas yang akan melakukan praktek ukur tanah harus dibagi menjadi 6 kelompok, hal itu dikarenakan jumlah alat yang terbatas. Contohnys jumlsh mahasiswa di Teknik Sipil S1 rombel 1 adalah 39 orang, dengan jumlah itu seharusnya bisa dibagi menjadi 7-8 kelompok, agar tidak terlalu banyak jumlah anggota disetiap kelompok, namun karena faktor terbatasnya alat praktikum itulah yang harus membagi menjadi 6 kelompok. Tidak hanya Teknik Sipil S1 saja yang praktek namun,, ada prodi-prodi lain juga yang melaksanakan praktikum yang sama, yaitu prodi PTB dan Teknik Sipil D3. Kita juga tidak tahu jadwal praktek masing-masing kelas, bagaimana jika ada jadwal praktek yang bersamaan ? pasti menimbulkan masalah, semua pasti mau jadi yang pertama kali  praktek.
Solusinya, mungkin petugas Lab bias menyampaikan atau meminta kepada pusat untuk menambah alat-alat praktek, terutama PPD dan rambu ukur. Semisal ada alat praktek yang sudah tidak layak pakai, itu bias diperbaiki atau diganti dengan alat yang baru. Sebagai mahsiswa kitta harus menggunakan alat-alat praktek dengan hati-hati. Setelah menggunakannyapun harus dikembalikan seperti semula dan tepat waktu, karena jika tidak hati-hati, alat tersebut bias rusak dan kita yang menggunakannya harus mengganti alat tersebut. Itu sudah menjadi sanksi jika ada mahasiswa yang merusakkan alat-alat praktek.

Acara Tahunan UNNES


Pada tahun 2012 UNNES mengadakan acara tahunan. UNNES mengundang Da’i / Ustad. Dinilai secara umum, menurut saya dengan UNNES mengundang Da’i itu sangat kurang etis, karena tidak semua warga UNNES beragama islam, dan mungkin mereka yang tidak beragama islam merasa tidak adil dan dibeda-bedakan. Akibatnya tidak semua warga UNNES hadir untuk menyaksikan acara tersebut. Yang beragama islampun banyak yang tidak hadir untuk menyaksikan acara tersebut, terutama kalangan mahasiswa. mereka lebih suka menyaksikan konser musik, menonton film, dll.  Banyak yang berkomentar “masak ngundangnya Da’i, padahal gosipnya mau ngundang Walilah, Gigilah, blablabla… “, ada lagi yang berkomentar “masak acara anak-anak muda ngundangnya Da’i, emangnya mau pengajian”. Mungkin maksud mereka kenapa nggak ngundang band-band atau artis-artis terkenal, seperti universitas-universitas lain.
Kalau pendapat saya pribadi sih tidak masalah mengundang Da’i, namun harus dikombinasi dengan yang lain, dengan sesuatu yang lebih menarik semua orang agar hadir untuk menyaksikan acara tersebut dan lebih berkesan baik dan tidak membeda-bedakan. Harapan untuk acara selanjutnya supaya lebih mengutamakan selera dan kepentingan bersama, agar lebih banyak orang yang hadir dan menyaksikan acara tersebut.